Cahaya dan Kegelapan

29 Januari 2019 / Nunu Azizah / Pluralisme Cahaya dan Kegelapan

Kita dikepung banyak ujaran kebencian dan peristiwa demi peristiwa yang menyayat hati. Mulai dari insiden tahanan teroris, bom bunuh diri, hingga pelbagai macam ancaman yang bersilewarn diberitakan oleh banyak media online. Lalu, apa yang mesti kita lakukan di tengah kecamuk kecemasan Indonesia?

Kita sedang digelapkan. Kegelapan, jika dilawan dengan kegelapan juga, justru hitam pekat kehidupan yang akan kita dapatkan. Takut boleh, cemas wajar. Kita bahkan kadang merasa was-was sendiri, terlebih saudara kita yang tinggal di lokasi pengeboman dan keluarga para korban.

Saatnya kita memberi cahaya. Cahaya tidak harus berupa materi. Kita bisa memulainya dari dalam diri seperti tidak lagi membuat ujaran kebencian di media sosial dan lebih berhati-hati menjaga diri, menghindar dari perselisihan.

Mengalah saja, jangan berdebat. Katakan “iya” saja, jangan mau menang sendiri. Jika merasa terpojok, jangan marah. Tenangkan diri dan maafkan kesalahan orang lain. Kebencian selalu berasal dari rasa egois dalam diri. Hari gini masih egois? Nggak gaul banget. Hari ini masih tidak bisa menghargai perbedaan? Wah, ketinggalan zaman!

Yuk pancarkan cahaya itu ke seluruh penjuru kegelapan. Cahaya dari tubuh kita masing-masing. Cahaya itu bernama saling menghargai dan menghormati.

#BeraniDamai
#DamaiItuIndah
#BedaBukanBerartiSalah
#TolakUjaranKebencian

Media Sosial   Media Online  berita bohong  Berita Palsu  stop ujaran kebencian  Terorisme   ujaran kebencian  cahaya  kegelapan  medsos  saling menghargai  saling menghormati 


TAGS
Syafii MaarifPerdamaian Penghayat KepercayaanPeace Train IndonesiaPartisipasiMunawar AliMembacaMasjidLingkungan KhofifahJayapuraIslamIndonesiaHoaks HAMHak Asasi ManusiaGus DurEkologiDewi PraswidademokrasiBumi BukuBiarawatiAhmad WahibAhmad Gaus AF